bahasa, buku

UPAYA MENDATANGKAN HUJAN DI MUSIM YANG TAK TENTU


Judul Buku : Hujan Tak Jadi Datang Malam Ini
Penulis Buku : Wina Bojonegoro, dkk.
Editor : Aulia Muhammad
Penerbit : Padmedia
Cetakan : Pertama, November 2020
Ketebalan : x + 178 halaman
ISBN : 978-602-50800-9-8

Peresensi : Stebby Julionatan*)

Di tangan alam, hujan bisa menjadi apapun. Sedikitnya saya mencatat 3 hal sederhana yang dapat dilakukan (baca: manfaat) hujan. Pertama, air hujan jatuh dan langsung terserap tanah menyegarkan daun-daun. Kedua, yang mengumpul dan tak terserap tanah akan menjadi oase bagi hewan-hewan yang kehausan. Atau, yang ketiga, bagi kita yang tengah galau atau bersedih hati, ia akan menjadi sahabat dan mengganti air mata kita. 

Di tangan penulis, hujan –dengan segala kekuatannya, bisa menjelma apa saja. Kita tentu sangat mengingat puisi Sapardi Djoko Damono, “Hujan Bulan Juni” dan bagaimana puisi tersebut dialihwahanakan dalam bentuk-bentuk lain, mulai dari musikalisasi puisi, novel, hingga film. Hingga aliran ‘hujan’ Sapardi tak berhenti di rintik puisi saja, tapi menetes deras, terduplikasi, menguat, mengekal, sekaligus kembali ‘mengalir’ hingga mendapat bentuk-bentuk terkininya.

buku, renungan, sastra, seni, spiritualitas

Di Kota Tuhan, Buku Puisi Rasa Travelling


Judul: Di Kota Tuhan

Penulis: Stebby Julionatan

Tebal: 74 halaman

Cetakan: Pertama, 2018

Penerbit: Indie Book Corner

Peresensi: Dion Yulianto*)

 

Kumpulan Puisi: Di Kota Tuhan Aku Adalah Daging yang Kau Pecah-Pecah

Saya pernah menemukan sebuah novel yang ditulis menyerupai sebuah kitab suci dalam buku Alkudus garapan Asep Syaeful Anwar. Kemudian, akhirnya saya menemukan versi puisi yang ditulis menyerupai ayat-ayat dalam kitab suci dalam buku karya mas Stebby Julionatan ini. Persamaan keduanya adalah sama-sama mengangkat Tuhan sebagai sentral, walau dalam Di Kota Tuhan penulis agaknya mengambil ragam tema yang cukup lebar dengan memasukkan unsur-unsur kenangan pribadi dan memadukannya dengan peristiwa politik. Saya cenderung setuju dengan pendapat Oka Rusmini di pengantar buku ini. Di Kota Tuhan masih harus berjuang menemukan posisinya dalam belantara sastra Indonesia karena adonan puisi dan prosa di dalamnya masih bercampur lekat dan saling berlomba untuk tampil ke pentas.

Remukkan aku, Tuhan | Remukkan aku | hingga taat tanpa tapi | dan patuh tanpa nanti (hlm. 55)

Di Kota Tuhan disusun menyerupai larik-larik ayat suci dalam Alkitab. Terbagi menjadi Midrash Pertama dan Midrash Kedua, buku kumpulan puisi ini tersusun total atas sekitar 45 puisi. Bagian pertama ditulis antara tahun 2015 – 2016 sementara bagian kedua tahun 2017. Stebby mungkin hendak mengunakan konsep turunnya wahyu yang datang secara bertahap.

Continue reading “Di Kota Tuhan, Buku Puisi Rasa Travelling”

bahasa, budaya, buku, cinta, kemanusiaan, motivasi, sastra

ADIOS AMIGO, SUPERNOVA!


Judul Buku               : Supernova Episode “Intelegensi Embun Pagi”
Jenis                           : Novel
Penulis                      : Dee Lestari
Penerbit                    : Bentang
Cetakan                     : Pertama, Februari 2016
Tebal                         : xiv + 710 halaman; 20 cm
ISBN                           : 978-602-291-131-9
Peresensi                  : Stebby Julionatan *)

 Intelegensi_Embun_Pagi

            Setelah mendapat petunjuk dari upacara Ayahuasca di Lembah Suci Urubamba, Gio berangkat ke Indonesia. Di Jakarta, dia menemui Dimas dan Ruben. Bersama, mereka berusaha menelusuri identitas orang di balik Supernova.

Di Bandung, pertemuan Bodhi dan Elektra mulai memicu ingatan mereka berdua tentang tempat bernama Asko. Sedangkan Zarah, yang pulang ke desa Batu Luhur setelah sekian lama melanglangbuana, kembali berhadapan dengan misteri hilangnya Firas, ayahnya.

Sementara itu, dalam perjalanan pesawat dari New York menuju Jakarta, teman seperjalanan Alfa yang beernama Kell mengungkapkan sesuatu yang tak terduga. Dari berbagai lokasi yang berbeda, keterhubungan antara mereka perlahan terkuak. Identitas dan misi mereka akhirnya semakin jelas. Hidup tak pernah sama lagi.

*****

Intelegensi Embun Pagi (IEP) adalah seri pamungkas dari keseluruhan novel serial Supernova. Tentu, kehadirannya di penghujung Februari ini sangatlah ditunggu oleh penggemar Dee –orang-orang yang menyebut diri mereka adDeection.

Begitu IEP ada di tangan, para pembaca setia serial ini pasti akan bertanya-tanya: Bagaimana kelanjutan nasib Diva? Di mana sebenarnya ia menghilang selama ini? Apakah Kell Savara atau Ilfiltran? Bagaimakah dia bisa bangkit dari kematian? Atau sekedar pertanyaan simpel soal romansa segitiga Diva-Ferre-Gio, “Di akhir, Diva akhirnya jadian sama siapa ya? Sama Gio ataukah sama Ferre?”

Continue reading “ADIOS AMIGO, SUPERNOVA!”

bahasa, berita, budaya, buku, cinta, kemanusiaan, keseharian, motivasi, penghargaan, renungan, sastra

Kisah Cinta Melalui Dialog Puisi


oleh: Hermawan Aksan *)

Buku yang ditulis dua orang (atau lebih) bukan hal aneh. Antologi sejumlah pengarang sudah biasa. Satu novel yang ditulis lebih dari satu orang juga banyak kita temui. Tapi buku Biru Magenta ini unik, setidaknya jarang ditemui: kolaborasi dua penulis yang berdialog panjang melalui puisi.

Biru adalah sosok lelaki, sedangkan Magenta perempuan. Kenapa Biru? “Karena Biru adalah langit yang selalu melingkupimu. Langit yang tak pernah lelah atau mengeluh meski terkadang kau menjauh. Pergi. Tak jenak pada ranah mana kau berdiri.” Dan kenapa Magenta? “Sebab akulah Merah yang mengandungmu. Magenta adalah cinta. Magenta adalah luka. Magenta adalah wujud aku dan juga kamu. Sebua kompleksitas penyatuan yang menjelma dalam keluguannya yang muda. Magenta, sinar yang menyala pada kelam biru malam. Magenta, membuat segalanya berbaur dan tertukar.”

Continue reading “Kisah Cinta Melalui Dialog Puisi”

bahasa, budaya, buku, cinta, kehidupan, kemanusiaan, motivasi, pendidikan, penghargaan, sastra, seni

Sebab Kita Tak Setabah Daun


Oleh: Hardi Alunaza Saradiwa*)
(dimuat di Tribun Jogja. Minggu, 16 Agustus 2015)

Pada umumnya buku kumpulan puisi bercerita dengan bagian yang terpisah antara halaman satu dengan halaman yang lainnya, baik dari segi judul maupun makna yang terkandung dari diksi yang disuguhkan kepada pembaca. Berbeda dengan buku Biru Magenta ini. Buku ini merupakan sebuah buku kumpulan puisi yang mengisyaratkan percakapan antara Biru dan Magenta yang dari setiap judul halaman yang tersedia saling bersambung, melengkapi dan terasa hidup dalam percakapan yang tertuang. Biru diumpamakan seperti langit yang selalu melingkupi orang tersayang dan Magenta adalah cinta yang menyala pada kelamnya biru malam. Keduanya saling berujar tentang cinta, kasih sayang dan kerinduan dengan bahasa yang sangat terbuka, terlalu jujur. Mengambil latar tempat seperti Malang, Jakarta, Probolinggo, dan Solo, Biru dan Magenta mengajak kita merenungkan perjalanan masa lalu serta kenangan yang telah terabadikan. Kita seolah diberikan ruang untuk menyuarakan jutaan perasaan yang pernah datang dan hinggap dalam ruang kehidupan.

 

Continue reading “Sebab Kita Tak Setabah Daun”

bahasa, budaya, buku, cinta, cinta tanah air, kehidupan, kemanusiaan, keseharian, motivasi, pariwisata, pendidikan, penghargaan, renungan, sastra, seni, spiritualitas

MENJADI BIJAK LEWAT PERENUNGAN MAKNA PERJALANAN


Judul Buku                : TITIK NOL, MAKNA SEBUAH PERJALANAN
Jenis                           : Catatan Perjalanan
Penulis                       : Agustinus Wibowo
Penerbit                     : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan                     : Kedua, Maret 2013
Tebal                          : xi + 552 halaman
ISBN                          : 978-979-22-9271-8
Peresensi                   : Stebby Julionatan *)

 

Apa makna perjalanan bagi Anda? Mengunjungi tempat-tempat baru? Pamer foto atau cerita kalau Anda sudah pernah kesana? Menambah koleksi stempel pada paspor? Atau sekedar rekreasi saja, memanjakan diri dengan menikmati keindahan alam atau daerah-daerah yang eksotis, berikut kelezatan kulinernya dan menggerutu jika perjalanan tersebut tidaklah sesuai dengan yang Anda inginkan?

Tapi… pernahkah Anda –atau saya, benar-benar memaknai sebuah “perjalanan”? Dan apa perbedaannya dengan wisata? Dengan melancong? Apakah mereka sama? Atau justru sangat jauh berbeda?

wif. Agustinus Wibowo
wif. Agustinus Wibowo

Pertanyaan-pertanyaan inilah yang dicoba dipaparkan, direnungkan dan dijawab oleh Agustinus Wibowo dalam buku catatan perjalanan terbarunya, Titik Nol, Makna Sebuah Perjalanan.

Perjalanan dan Wisata. Terkadang kita memang acapkali terjebak pada dua pengertian itu. Dua pengertian yang sangat intim laksana sepasang saudara kembar. Saling bersinggungan, melebur dan saling mengakrabi satu sama lain. Namun, pada titik yang sama, keduanya bisa saja menempati dua kutub yang berbeda. Mengancam, berseberangan dan saling memangsa.

Titik Nol, Makna Sebuah Perjalanan mengajak kita untuk menghayati keduanya. Dua orang saudara kembar yang tampaknya harmonis di luar, tapi (rupanya) saling memakan satu sama lain. Tak heran kalau Agustinus menyebutnya sebagai “penjajahan”:

Continue reading “MENJADI BIJAK LEWAT PERENUNGAN MAKNA PERJALANAN”

bahasa, buku, cinta, cinta tanah air, hobby, kemanusiaan, motivasi, politik, sastra, sejarah, seni

MONUMENTALITAS AMBA DALAM DUNIA SASTRA TANAH AIR*)


Judul Buku                : Amba, Sebuah Novel
Jenis                               : Novel
Penulis                         : Laksmi Pamuntjak
Penerbit                      : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan                       : Pertama, Desember 2012
Tebal                            : 494 halaman
ISBN                              : 978-979-22-8879-7
Peresensi                   : Stebby Julionatan *)

 

Di Pulau Buru, laut seperti seorang ibu: dalam dan menuggu. Embun menyebar seperti kaca yang buyar, dan siang menerangi ladang yang diam. Kemudian malam akan mengungkap apa yang hilang oleh silau.

Tapi, sesekali, sesuatu bisa terjadi di pulau ini –sesuatu yang begitu khas dan sulit diabaikan– dan orang hanya bisa membicarakkannya sambil berbisik, seperti angin di atas batu yang terus-menerus membalun dan menghilang melalui makam orang-orang tak dikenal. Dan di jajaran lembah di baliknya, seolah melalui puisi dan tenung, ada cerita yang diam-diam menjelma.

Seperti kisah Amba dan Bhisma ini.

*****

Begitulah paragraf pembuka kisah Amba yang dikisahkan oleh Lakmi Pamuntjak dalam novel ini. Sungguh memukau, bukan?!

Continue reading “MONUMENTALITAS AMBA DALAM DUNIA SASTRA TANAH AIR*)”

bahasa, budaya, buku, cinta, hobby, kehidupan, kemanusiaan, motivasi, pendidikan, renungan, sastra, sejarah, seni, spiritualitas

DONGENG SEBAGAI MEDIA MENDIDIK ANAK


JUDUL BUKU         : CERITA CALON ARANG
PENULIS                  : Pramoedya Ananta Toer
PENERBIT               : Lentera Dipantara
EDISI                         : Cetakan 5, Mei 2007
TEBAL                      : 92 halaman
ISBN                           : 9789799731210
PERESENSI             : STEBBY JULIONATAN *)

 

Dongeng merupakan cerita zaman dahulu yang aneh-aneh atau cerita yang tidak terjadi. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan walaupun banyak juga melukiskan tentang kebenaran, berisikan pelajaran (moral), bahkan sindIran. Pengisahan dongeng mengandung harapan-harapan, keinginan-keinginan dan nasehat baik yang tersirat maupun yang tersurat. (Poerwadarminto dalam Handajani, 2008: 13)

Dongeng pada hakekatnya adalah sebuah media, sebuah sarana untuk mendidik anak. Lewat dongeng, anak dikenalkan pada berbagai karakter manusia lewat kisah-kisah yang menarik, bahkan tak jarang juga dipenuhi dengan hal-hal atau kejadian-kejadian yang bersifat ajaib (baca: berbau supranatural atau sakti), kisah-kisah yang mengajarkan tentang kebaikan dan kebajikan melawan kejahatan atau angkara, kisah-kisah yang pada akhirnya mengajarkan kepada anak-anak kita untuk memupuk karakter baik itu dalam dirinya.

Continue reading “DONGENG SEBAGAI MEDIA MENDIDIK ANAK”

bahasa, buku, cinta, kemanusiaan, motivasi, pendidikan, penghargaan, sejarah

MEMBURU (WAJAH) EKSISTENSI dan REINKARNASI


Judul Buku: Lan

Jenis: Novel

Penulis: Stebby Julionatan

Penerbit: Bayumedia Publishing

Cetakan pertama: Januari 2011

Tebal: 202 + viii halaman

Ukuran: 12,5 x 19 cm

Peresensi: Yonathan Rahardjo *)

 

 

Kata kunci untuk Novel Lan karya Stebby Julionatan adalah cinta, eksistensi, kematian, dan reinkarnasi. Dalam novel ini remaja tanggung Erlan merasa bahwa cintanya kepada Maria adalah sebuah reinkarnasi, yang mana pencarian eksistensi makna cinta dan hidup mereka ujung-ujungnya juga butuh kematian dan reinkarnasi kembali.

Pada bab-bab awal Novel Lan, Erlan sebagai tokoh utama yang cinta malu-malu kucing kepada Maria –yang sebaliknya cinta dengan lebih berani oleh karena budaya  berbeda– diceritakan beberapa fragmen kisah hidupnya. Fragmen itu antara lain pertemuan Lan dengan Maria, kegiatan di sekolah, kedekatannya dengan Galih, kerjanya di Om Jaya, dan tentu saja mimpi-mimpinya.

Continue reading “MEMBURU (WAJAH) EKSISTENSI dan REINKARNASI”

bahasa, budaya, buku, cinta, kehidupan, kemanusiaan, keseharian, lingkungan hidup, motivasi, pariwisata, pemerintahan, pendidikan, penghargaan, renungan, sastra, sejarah, seni

Barang yang Sudah Dibeli Tidak Dapat Ditukar Kembali, Bukan Hanya Sekadar Hiburan (Sebuah Resensi)


Judul Buku    : Barang yang Sudah Dibeli Tidak Dapat Ditukar Kembali

Penulis         : Stebby Julionatan

Penerbit       : Bayumedia, Malang

Ukuran Buku : 13,5 x 20 cm, xvi + 80 hal

Cetakan       : Pertama, Januari 2012

ISBN            : 978-602-9136-73-9

Peresensi     : Argha Premana (21 tahun, single)

 

“Barang yang Sudah Dibeli Tidak Dapat Ditukar Kembali” adalah kumpulan 13 kisah penuh makna yang dikemas dalam buku berdesain sangat menarik. Memang tidak berlebihan bila pada endorsement yang saya berikan, saya berkata bahwa kisah-kisah yang tertulis dalam buku ini adalah kisah-kisah yang cerdas. Stebby Julionatan menyajikan kisah-kisah tersebut dengan bahasa yang gesit dan tepat guna. Semua makna yang terkandung di dalamnya, disampaikan bukan dengan penyodoran seperti halnya sebuah ceramah, melainkan dengan penyampaian terbuka yang membebaskan pembacanya memetik sendiri pesan yang terkandung di dalamnya, tanpa harus merasa digurui, tanpa harus merasa didikte.

 

Tiga belas kisah tersebut dibuka dengan sebuah puisi berjudul “Kunanti Hujan di Pucuk Musim Kemarau”. Stebby mengatakan bahwa puisi tersebut adalah sebuah prelude. Sebuah awal. Dan menurut saya, memang cocok diletakkan di awal, karena puisi yang ditulis pada 2 November 2007 ini, membawa saya pada suasana hati yang adem. Tentram. Saya tak banyak tahu tentang puisi, tetapi sepertinya saya tak salah bila mengatakan bahwa metafora-metafora yang termaktub dalam puisi ini, memang layak untuk dicicipi.

 

Kisah kedua, yang merupakan cerpen pertama dalam buku ini tertulis dengan judul, ”Cermin”. Dengan penuturan mirip sebuah dongeng, cerpen surealis ini secara simbolik menyampaikan sebuah pemikiran feminis dari seorang ibu, sebuah pesan, sebuah kekhawatiran, yang disampaikan kepada anak gadisnya. Penulis menganalogikan cerita tersebut dengan kisah penciptaan Adam dan Hawa, yang langsung disadur dari Al-Kitab. Perpaduannya menyiratkan sebuah makna yang mendalam. Cerpen ini membuat saya enggan menutup buku sejenak, walau untuk sekadar mengambil air minum, karena saya harus membaca kisah-kisah selanjutnya.

 

Continue reading “Barang yang Sudah Dibeli Tidak Dapat Ditukar Kembali, Bukan Hanya Sekadar Hiburan (Sebuah Resensi)”