budaya, cinta, pariwisata, sejarah

GEREJA MERAH


GPIB “Immanuel” Probolinggo, terletak di Jl. Suroyo 32. Gedung gereja yang lebih dikenal dengan sebutan Gereja Merah (karena cat dindingnya berwarna merah menyala sebagai simbol dari darah Kristus) dibangun pada tahun 1862 (Gebouwd Anno 1862, begitula tera yang berada di bawah anak tangga pertamanya) dengan sistem knock down. Gereja Merah yang struktur bangunannya sebagian besar dari besi baja dulu memang dibuat dan dirancang di Belanda. Setelah jadi, struktur bangunan yang bisa dibongkar-pasang (knock down) itu kemudian dikapalkan ke Probolinggo. Sesampai di Probolinggo, struktur bangunan itu dirangkai kembali menjadi bangunan gereja. Saat Jepang masuk ke Indonesia (1942-1945), Gereja Merah pernah beralih fungsi dari tempat ibadah menjadi gudang senjata. Berdasarkan data dan informasi dari saksi sejarah yang masih hidup, Cornelis Kippuw, 84, pendeta jemaat pertama yang masih dapat diingat adalah Pdt. Deutz (warga Belanda). Sedang pelayanan untuk pribumi, Deutz dibantu oleh Pdt. I.Z. Pattirajawane (orang Indonesia, dari Ambon yang merupakan pendeta jemaat GPIB “Immenuel” Pasuruan). Ini berlangsung di tahun 30’an. Baru di tahun 60’an, Gereja Merah memiliki pendeta jemaat pertamanya yang benar-benar orang Indonesia: Pdt. Lahal. (tby)

This slideshow requires JavaScript.

3 thoughts on “GEREJA MERAH”

  1. Menarik sekali bung.
    Bung, aku ada sedikit pertanyaan di inbox facebooknya bung .. Mohon kalau bisa ditanggapi ya bung.
    – Shalom!

Leave a comment